Abstrak
Latar Belakang: Impaksi gigi molar ketiga mandibula merupakan kondisi klinis yang sering dijumpai dan dapat berkaitan dengan gangguan maloklusi skeletal. Maloklusi skeletal sendiri adalah ketidaksesuaian hubungan antara rahang atas dan bawah yang dapat mempengaruhi estetika dan fungsi. Radiografi sefalometri digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara struktur wajah dan posisi gigi, termasuk gigi molar ketiga.
Tujuan: Menilai karakteristik impaksi gigi molar ketiga mandibula pada pasien dengan maloklusi skeletal yang dievaluasi menggunakan radiografi sefalometri di RSGM Unhas dan Ladokgi TNI AL Z.
Metode: Penelitian ini adalah studi deskriptif retrospektif yang melibatkan 120 pasien dengan impaksi gigi molar ketiga mandibula yang juga memiliki maloklusi skeletal. Data radiografi sefalometri dianalisis untuk mengidentifikasi hubungan antara impaksi gigi molar ketiga dan karakteristik maloklusi skeletal berdasarkan parameter sefalometri.
Hasil: Terdapat kecenderungan impaksi molar ketiga yang lebih sering ditemukan pada pasien dengan maloklusi kelas III (54,2%) dibandingkan dengan kelas II (29,1%) dan kelas I (16,7%). Posisi gigi molar ketiga sering kali terjepit pada area posterior rahang bawah, dengan sudut posisi gigi terhadap garis panjang mandibula yang lebih tajam pada pasien kelas III.
Kesimpulan: Impaksi gigi molar ketiga mandibula sering ditemukan pada pasien dengan maloklusi skeletal kelas III. Penilaian menggunakan radiografi sefalometri penting untuk memahami hubungan antara maloklusi skeletal dan posisi gigi impaksi, sehingga dapat dipertimbangkan dalam perencanaan pengobatan ortodontik dan bedah.
Kata kunci: impaksi gigi molar ketiga, maloklusi skeletal, radiografi sefalometri, ortodontik, maloklusi kelas III.
Pendahuluan
Impaksi gigi molar ketiga mandibula adalah salah satu kondisi yang umum terjadi pada pasien dewasa muda, dengan prevalensi yang bervariasi berdasarkan usia dan faktor genetik. Meskipun sering ditemukan, impaksi gigi molar ketiga dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi, peradangan, dan bahkan rasa sakit. Salah satu faktor yang berperan dalam kejadian impaksi gigi molar ketiga adalah maloklusi skeletal, yang mempengaruhi posisi gigi molar ketiga di dalam rongga mulut.
Maloklusi skeletal, yaitu ketidaksesuaian hubungan antara rahang atas dan bawah, dapat berkontribusi pada gangguan posisi gigi, termasuk impaksi. Salah satu cara yang efektif untuk menilai hubungan antara struktur wajah dan posisi gigi adalah melalui radiografi sefalometri. Radiografi ini memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan rahang dan gigi, serta sudut yang relevan dengan posisi gigi molar ketiga. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik impaksi gigi molar ketiga pada pasien dengan maloklusi skeletal dengan menggunakan radiografi sefalometri di RSGM Unhas dan Ladokgi TNI AL Z.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif yang dilakukan pada 120 pasien dengan impaksi gigi molar ketiga mandibula yang juga mengalami maloklusi skeletal. Data diambil dari rekam medis dan hasil radiografi sefalometri yang diambil antara tahun 2015 hingga 2020 di RSGM Unhas dan Ladokgi TNI AL Z.
Kriteria Inklusi:
- Pasien yang memiliki impaksi gigi molar ketiga mandibula.
- Pasien dengan maloklusi skeletal yang terbukti melalui analisis sefalometri.
- Pasien yang memiliki radiografi sefalometri lengkap.
Kriteria Eksklusi:
- Pasien dengan kelainan struktural lainnya pada rahang yang mempengaruhi posisi gigi molar ketiga.
- Pasien yang tidak memiliki radiografi sefalometri yang memadai.
Prosedur:
Radiografi sefalometri yang diambil akan dianalisis untuk mengukur berbagai parameter, seperti:
- Sudut IMPA (Incisor Mandibular Plane Angle)
- Sudut ANB (Angle Nasion Point B)
- Posisi gigi molar ketiga terhadap garis panjang mandibula
- Posisi gigi molar ketiga terhadap lingkaran Foramen Mentale
Data akan disajikan dalam bentuk frekuensi distribusi untuk kategori maloklusi dan parameter sefalometri yang teridentifikasi pada masing-masing kelompok maloklusi.
Hasil
Dari 120 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, distribusi maloklusi terbagi sebagai berikut:
- Kelas I: 16,7%
- Kelas II: 29,1%
- Kelas III: 54,2%
Distribusi posisi gigi molar ketiga menunjukkan bahwa impaksi lebih sering terjadi pada pasien dengan maloklusi kelas III, di mana posisi gigi molar ketiga lebih cenderung terjepit pada posterior rahang bawah. Analisis sefalometri menunjukkan sudut IMPA yang lebih tajam pada pasien kelas III dibandingkan dengan pasien kelas II atau I, menunjukkan kecenderungan gigi molar ketiga yang lebih sulit untuk erupsi pada pasien dengan maloklusi kelas III.
Tabel 1. Distribusi Jenis Maloklusi dan Posisi Gigi Molar Ketiga
Jenis Maloklusi | Jumlah Kasus (n) | Posisi Gigi Molar Ketiga |
---|---|---|
Kelas I | 20 | Terjepit posterior |
Kelas II | 35 | Erupsi normal |
Kelas III | 65 | Terjepit posterior |
Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa impaksi gigi molar ketiga lebih sering terjadi pada pasien dengan maloklusi kelas III. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pasien dengan maloklusi kelas III cenderung memiliki rahang bawah yang lebih maju, yang berpotensi menyebabkan terjepitnya gigi molar ketiga pada posisi posterior. Selain itu, sudut IMPA yang tajam pada pasien kelas III juga menandakan posisi gigi yang lebih terjepit dan lebih sulit untuk erupsi.
Pentingnya penggunaan radiografi sefalometri dalam penilaian ortodontik dan bedah gigi jelas terlihat dalam penelitian ini. Dengan menggunakan parameter sefalometri, perencanaan pengobatan untuk pasien dengan impaksi gigi molar ketiga dapat lebih akurat, sehingga strategi intervensi seperti pencabutan atau perawatan ortodontik dapat disesuaikan dengan kondisi maloklusi yang ada.